Manusia Makhluk Tuhan yang Paling Sempurna
Manusia Makhluk Tuhan yang Paling Sempurna
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna. Bukti paling kongkrit yaitu manusia memiliki kemampuan
intelegesi dan daya nalar sehingga manusia mampu berifikir, berbuat, dan
bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan sebagai manusia
yang utuh. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk yang berakal
budi
Dengan
akal budinya, manusia mampu mengembangkan kemampuan yang spesisifik manusiawi,
yang menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Dengan akal budinya, maka
kemampuan bersuara bisa menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Manusia
mampu menciptakan dan menggunakan symbol-simbol dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya
akal budi juga menyebabkan manusia mampu berpikir abstrak dan konseptual
sehingga manusia disebut sebagai makhluk pemikir (homosapiens). Aristoteles
menyebut manusia karena kemampuan sebagai animal that reason, dengan cirri
utamanya selalu ingin mengetahui. Pada manusia melekat kehausan intelektual
(intellectual curiousity), yang menjelma dalam aneka wujud pertanyaan.
Manusia
selalu bertanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut
sudah muncul pada awal perkembangannya. Manifestasi dari hasrat ingin tahu
tersebut antara lain berupa pertanyaan: apa ini atau apa itu? Pertanyaan
tersebut selanjutnya berkembangan menjadi: mengapa demikian dan bagaimana cara
mengatasinya ?
Hasrat
ingin tahu manusia tersebut terpuaskan bila manusia memperoleh pengetahuan yang
benar mengenai hal-hal yang dipertanyakan. Dalam sejarah perkembangannya,
manusia ternyata manusia selalu berusaha memperoleh pengetahuan yang benar atau
yang secara singkat dapat disebut sebagai kebenaran. Manusia senantiasa
berusaha memahami, memperoleh, dan memanfaatkan kebenaran untuk kehidupannya.
Tidak salah jika satu sebutan lagi diberikan kepadanya, yaitu manusia sebagai
makhluk pencari kebenaran.
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam
kehidupannya, manusia tidak dapat hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk
bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah
selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Karena itu manusia disebut juga
sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu
membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi,
berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa
sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Tidak hanya
terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional
yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari
orang lain pula. Manusia
memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa
emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila
manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan
kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa
disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga
hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
Manusia Sebagai
Makhluk Susila
Kehidupan
manusia yang tidak dapat lepas dari orang lain, membuat orang harus memiliki
aturan-aturan norma. Aturan-aturan tersebut dibuat untuk menjadikan manusia
menjadi lebih beradab. Menusia akan lebih menghargai nilai-nilai moral yang
akan membawa mereka menjadi lebih baik.
Aspek kehidupan
susila adalah aspek ketiga setelah aspek individu dan sosial. Manusia dapat
menetapkan tingkah laku yang baik dan yang buruk karena hanya manusia yang
dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya. Karena dalam proses antar
hubungan dan antaraksi itu, tiap-tiap pribadi membawa identitas dan kepribadian
masing-masing. Oleh karena itu, keadaan yang yang cukup bermacam-macam akan
terjadi berbagai konsekuensi tindakan-tindakan masing-masing pribadi.
Melalui
pendidikan dan proses belajar manusia dapat menjadi lebih baik daripada keadaan
sebelumnya. Dengan
pendidikan ini, manusia juga dapat melaksanakan dengan baik norma-norma yang
ada dalam suatu masyarakat. Manusia akan mematuhi norma-norma yang ada dalam
masyarakat jika diberikan pendidikan yang tepat.
Dengan
demikian, kelangsungan kehidupan masyarakat tersebut sangat tergantung pada
tepat tidaknya suatu pendidikan mendidik seorang manusia mentaati norma, nilai
dan kaidah masyarakat. Jika tidak, maka manusia akan melakukan penyimpangan
terhadap norma-norma yang telah disepakati bersama oleh masyarakat.
SUMBER :
ABIDIN, ZAINAL.2009.Manusia
memahami manusia melalui filsafat. Bandung: PT. Persada Rosdakarya
Komentar
Posting Komentar