Perkembangan Teknologi Maglev
Perkembangan
Teknologi Maglev
Maglev dan Hukum Lenz
Maglev atau
"levitasi magnet" adalah teknik mengangkat objek menggunakan
prinsip magnet dalam fisika dasar. Dua kutub magnet yang sama (misalnya,
utara-utara atau selatan-selatan) akan tolak-menolak. Sedangkan dua kutub
magnet yang berlainan, yaitu utara dan selatan, akan tarik-menarik.
Secara umum, pengembangan
teknologi maglev bisa dikategorikan dalam dua prinsip itu, yakni gaya tarik
dan gaya tolak magnet. Eksplorasi teknik tersebut dipelopori dua negara maju,
yaitu Jerman dan Jepang. Jerman menggunakan EMS (sistem suspensi
elektromagnetik) dan Jepang menggunakan EDS (sistem suspensi elektrodinamis).
EMS menggunakan prinsip gaya tarik magnet, sedangkan EDS menggunakan gaya
tolak magnet.
Tentunya, sangat tidak
efisien kereta membawa batang magnet yang berkekuatan besar yang nanti
digunakan untuk mengangkat kereta tersebut. Karena itu, kita harus berterima
kasih kepada fisikawan berkebangsaan Estonia, Lenz. Fisikawan yang hidup pada
1804-1865 itu berhasil menjelaskan fenomena magnetisme dan merumuskannya
dalam sebuah hukum yang terkenal dengan nama hukum Lenz.
Hukum tersebut
menyatakan, perubahan fluks magnet dalam ruang yang dikelilingi sistem kawat
yang membentuk kumparan tertutup akan mengakibatkan terciptanya medan magnet
yang melawan perubahan fluks magnet dalam sitem itu. Hal tersebut terjadi
karena alam, dalam hal ini kumparan tertutup itu, ingin mempertahankan
kondisi awal fluks magnet yang dimiliki ruang dalam lingkaran kawat tertutup
tersebut. Hukum itu juga sering disebut kelembaman magnetik.
Hukum tersebut kemudian
digunakan menciptakan medan magnet yang cukup besar. Medan magnet itu
diperhadapkan dengan medan magnet lain yang akan menciptakan gaya tarik, jika
kedua kutub magnet yang berhadapan berlawanan arah atau gaya tolak jika kedua
kutub magnet tersebut berlawanan.
Melayang dengan Gaya
Kereta dengan teknologi
maglev tidak saja menjawab kebutuhan manusia untuk bergerak dengan kecepatan
tinggi, tetapi juga menjawab kenyamanan transportasi. Kereta maglev
dilengkapi interior setingkat kelas bisnis dalam sebuah pesawat.
Kereta maglev didesain
dengan dimensi manusia yang normal. Berarti, orang setinggi 1,8 meter bisa
masuk kereta tanpa harus menunduk. Lingkungan dalam kereta dilengkapi pemanas
dan pendingin suhu serta dilengkapi ruang yang bertekanan udara nyaman.
Kereta maglev tersebut juga dilengkapi peralatan antigetar. Getaran yang
diakibatkan motor kereta bisa diredam sedemikian rupa. Sehingga, setiap
penumpang bisa menulis layaknya menulis di atas meja kerja di darat. Sambil
bekerja atau santai, setiap penumpang juga bisa menikmati pemandangan di luar
kereta dengan sangat nyaman. Sebab, gerbong kereta dilengkapi kaca panjang
dan lebar.
Pembangunan Maglev
Karena biaya pembangunan
sistem perkeretaan maglev itu relatif mahal, hanya negara-negara kaya di Asia
dan Eropa yang sanggup memiliki transportasi kereta tersebut. Di Asia, hanya
Jepang dan China yang saat ini memiliki sistem transportasi maglev.
Di Eropa, Jerman melesat
dengan teknologi itu dengan membangun jalur kereta maglev yang menghubungkan
Kota Berlin dan Hamburg sejauh sekitar 285 km. Pembangunan itu menghabiskan
biaya 5,3 biliun dolar dan ditargetkan siap pakai pada 2005.
Rencana raksasa sedang
dilakukan Swiss. Negara itu menginvestasikan 21 biliun dolar untuk membangun
jalur kereta maglev bawah tanah yang mengubungkan semua kota-kota besar di
Swiss. Proyek yang sedang menjalani penggalian jalur bawah tanah itu
memerlukan 25 tahun hingga proyek tersebut selesai.
NASA Lirik Maglev
Meskipun Amerika belum
semaju Jerman dan Jepang dalam penggunaan teknologi itu dalam transportasi
kereta, badan penerbangan dan antariksa, NASA, telah mendapatkan dana untuk
penilitian maglev yang digunakan untuk meluncurkan pesawat ruang angkasa.
Setiap pesawat ruang
angkasa yang diluncurkan membakar ratusan ribu galon bahan bakar untuk bisa
mencapai orbit. Para insinyur roket NASA sedang meneliti apakah teknologi
maglev tersebut bisa melakukan hal yang sama atau tidak.
Jika teknologi maglev
bisa menggantikan teknologi konvensional, setiap peluncuran pesawat ruang
angkasa akan menghasilkan peluncuran yang lebih bersih dan lebih aman. Biaya
10.000 dolar per galon bahan bakar akan bisa dikurangi hanya menjadi 1.000
dolar per galon.
Sumber : Jawa
Pos (26 Mar 2004)
|
Komentar
Posting Komentar